06 12
2022Jenis kertas A4
Jumlah halaman : 96 Halaman
Terdapat narasi gerakan sosial yang berbeda antaraa kelompok gay dan lesbian
dengan transgender, terutama waria. Hal tersebue berkaitan dengan aspek-aspek sosiologis
dan kultural, di mana waria mengalami tekanan-tekanan sosial jauh sejak anak-anak
dibanding gay dan lesbian. Dari aspek psikologi. gay dan lesbian dalam ilmu kesehatan jiwa
dianggap sebagai Orang dengan Masalah Kejiawaan (ODMK), sedang transeksual termasuk
waria diangap sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), maka sebenarnya LGBT
tidak dapat dikatakan fenomena yang paralel. Terlebih jika dikaitkan dengan persoalanpersoalan sosial dana keagamaan, maka disparitas antara dua fenomena itu semakin tajam.
Oleh sebab itu dibutuhkan kesepahaman bersama dan mendudukkan masalah secara
bersama-sama terhadap persoalan LGBT di Indonesia.
Konteks budaya di Indonesia masih sulit untuk menerima secara terbuka identitas
LGBT, sehingga “perjuangan” mereka tidak mudah, termasuk di dunia maya melalui
serangkaian kanal Youtube. Hal positif dari kelompok LGBT adalah kegigihan mereka
menyediakan konten yang memperjuangkan hak-hak dan keberadaan mereka, sementara
kekurangan dari kelompok yang menolaknya yakni tidak secara sistematis menyajikan
konten-konten yang mengampanyekan untuk “hati-hati” terhadap kelompok LGBT. Jika ke
depan, media sosial adalah masa depan, maka masa depan kelompok LGBT adalah pada
penguasaan media sosial tersebut.