Kategori: Bahan Kebijakan
Anggota:
Publisher: BLA-Makassar
Diunduh: 66x
Views 347x
Editor: blamakassar
Abstrak:
Penelitian kuantitai ini dilakukan di enam kota/ kabaten di kawasan timur Indonesia, yaitu Kota Samarinda dan Tenggarong (Kaltim) Kota Makassa dan Kota parepare (Sulsel), Kota Palu (Sulteng) dan Kabupaten Polman (Sulbar). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (partisipasi dan keterlibatan aktif) masyarakat teerhadap madrasah diniyah; dan menemukan keeratan korelasi antar ketiga variable tersebut.
Penlitian ini didasari bahwa PP 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan sudah ditetapkan sejak tiga tahun yang lalu, namun perkembangan madrasah diniyah tamapak belum signifikan, terutama di kawasan timur Indonesia. Perkembangan sebuah tatanan pendidikan sangat dipengaruhi oleh partisipasi dan keterlibatan masyarakat terhadapnya, antara lain menyekolahkan anak, ikut andil dalam mengelola dan lain sebagainya.. arena sangat urgen mengamati respon masyarakat terhadap madrasah diniyah, dalam rangka merancang sebuahpengembanganmadrasah diniyah yang adaptif pada tuntutan masyarakat terhadp pendidikan agama dan keagamaan.
Penelitian ini dikonstruksi dari teori respon yang dikemukan oleh Stave M. Caffe yang membagi menjadi tiga bagian yaitu 1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 2. Efektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan penilaian terhadap sesuatu, 3. Kognitif yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan dan perbuatan, selain itu, David Aaker , menjelaskan bahwa aspek repon yang sangat real adalah perilaku. Dan yang paling menetukan tingakh laku adalag adanya pengetahuan dan sikap yang sebelumnya telah dimiliki oleh individu ketika dirinya menghadapi objek respon. Sedangkan objek respon yaitu madrasah diniyah, dikonstruksi dari PP 55 tahun 2007, yaitu tujuan, kurikulum, jenis, tingkatan, status dan STTB madrasah diniyah. Demikian halnya untuk mengamati sikap dan perilaku, aspek-aspek yang diamati adalah hal-hal yang berkaitan dengan partisipasi dan keterlibatan responden terhadap madrasah diniyah, yaitu kesedaian untukm mendirikan madrasah diniyah di lingkungan tempat tinggal, partisipasi menyekolahkan anak dan mengajak keluarga atau tetangga menyekolahkan anak dan mengajak keluarga atau tetangga menyekolahkan anak, keterlibatan dalam forum diskusi, mengelola dan merancang pengembangan madrasah diniyah. Dari konsep-konsep ini, analisis penelitian ini dikonstruksi. Variabel independen adalah tingkat perilaku atau partisipasi dan keterlibatan terhadap madrasah diniyah.
EXECUTIVE SUMMARY Penelitian tentang: RESPON MASYARAKAT TERHADAP MADRASAH DINIYAH DI KTI Pendahuluan Penelitian kuantitai ini dilakukan di enam kota/ kabaten di kawasan timur Indonesia, yaitu Kota Samarinda dan Tenggarong (Kaltim) Kota Makassa dan Kota parepare (Sulsel), Kota Palu (Sulteng) dan Kabupaten Polman (Sulbar). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (partisipasi dan keterlibatan aktif) masyarakat teerhadap madrasah diniyah; dan menemukan keeratan korelasi antar ketiga variable tersebut. Penlitian ini didasari bahwa PP 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan sudah ditetapkan sejak tiga tahun yang lalu, namun perkembangan madrasah diniyah tamapak belum signifikan, terutama di kawasan timur Indonesia. Perkembangan sebuah tatanan pendidikan sangat dipengaruhi oleh partisipasi dan keterlibatan masyarakat terhadapnya, antara lain menyekolahkan anak, ikut andil dalam mengelola dan lain sebagainya.. arena sangat urgen mengamati respon masyarakat terhadap madrasah diniyah, dalam rangka merancang sebuahpengembanganmadrasah diniyah yang adaptif pada tuntutan masyarakat terhadp pendidikan agama dan keagamaan. Penelitian ini dikonstruksi dari teori respon yang dikemukan oleh Stave M. Caffe yang membagi menjadi tiga bagian yaitu 1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 2. Efektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan penilaian terhadap sesuatu, 3. Kognitif yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan dan perbuatan, selain itu, David Aaker , menjelaskan bahwa aspek repon yang sangat real adalah perilaku. Dan yang paling menetukan tingakh laku adalag adanya pengetahuan dan sikap yang sebelumnya telah dimiliki oleh individu ketika dirinya menghadapi objek respon. Sedangkan objek respon yaitu madrasah diniyah, dikonstruksi dari PP 55 tahun 2007, yaitu tujuan, kurikulum, jenis, tingkatan, status dan STTB madrasah diniyah. Demikian halnya untuk mengamati sikap dan perilaku, aspek-aspek yang diamati adalah hal-hal yang berkaitan dengan partisipasi dan keterlibatan responden terhadap madrasah diniyah, yaitu kesedaian untukm mendirikan madrasah diniyah di lingkungan tempat tinggal, partisipasi menyekolahkan anak dan mengajak keluarga atau tetangga menyekolahkan anak dan mengajak keluarga atau tetangga menyekolahkan anak, keterlibatan dalam forum diskusi, mengelola dan merancang pengembangan madrasah diniyah. Dari konsep-konsep ini, analisis penelitian ini dikonstruksi. Variabel independen adalah tingkat perilaku atau partisipasi dan keterlibatan terhadap madrasah diniyah.
Temuan Penelitian Tingkat pengetahuan responden terhadap madrasah diniyah terkategori tinggi. Hal ini tampak pada pernyataan responden di enam lokasi penelitian. Namun beberapa aspek yang tampak bervariasi oleh responden, terutama pada aspek madrasah diniyah berjenjang.Penyataan responden yang berevariasi itu tampak pada lpkasi penelitian Samarinda dan Ten ggarong, Makassar dan Parepare, serta Palu. Aspek lain yang dinyatakan oleh responden secara bervariasi adalah jenis dan tingkatan madarah diniyah, khususnya di Kota Makassa dan Parepare; kurikulum madrasah diniyah di Palu; dan madrasah diniyah takmiliyah di Polman. Sedangkan pada tingkat sikap atau kesediaan responden untuk berpartisipasi dan terlibat pada pengembangan madrasah diniyah terkategori tinggi pula. Tingkatan tersebut tampak di keenam lokasi peneltian. Tingkat partisipasi responden terhadap madrasah diniyah terkategori cukup tinggi, hal ini tampak disemua lokasi penelitian namun tingakt keterlibatannya pada pengembangan madrasah diniyah terkategori rendah, khususnya pada aspek keterlibatan mengelola (di lima lokasi penelitian: Polman, Samarinda dan Tenggarong, Makassar dan parepare). Demikian halnya dengan keterlibatannya merancang pengembangan madrasah diniyah, tampak disemua lokasi. Secara umum, tampak bahwa tingkat pengetahuan dan sikap responden berkonstribusi positif terhadap pembetnukan perilakunya dalam hal berpatisipasi dan terlibat dalam pengembangan madrasah diniyah. Konstribusi tersebut tampak disemua lokasi peneltiian. Namun ada beberapa aspek yang tampak pengetahuan san dikap responden tidak turut andil dalam membentuk perilakunya, khsuusnya pada aspek konstribusi tingkat sikap terhadap pembentukan perilaku dalam hal menyekolahkan anak di Polman, dan tiga aspek lain di Kota Makassar dan Parepare, yaitu; konstribusu pengetahuan erhadap anak yang disekolahkan pengetahuan terhadap mengelola; dan interaksi pengetahuan dan sikap terhadap anak yang disekolahkan.
Rekomendasi 1. Mengamati hasil analisis bahwa tingakt pengetahuan dan tingakat kesediaan responen untuk berpartisiapsi terhdap nadrasah diniyah lebih tinggi dari tingkat partisipasi aktifnya, dimana yang dipengaruhi secara signifikan oleh kedua tingkat variable yang disebut teerdahulu (pengetahuan dan kesediaan berpartisipasui)- maka urgen untuk ditingkat program-program sosialisasi dalam upaya lebih meningkatkan partisipasi aktifnya dengan memaksimalkan fungsi penyuluh sebagai perangkat penerangan di bindag pendidikan keagamaan. Selain itu dapat pula dilakaukan dengan mengintenskan koordinasi antara Kementerian Agama baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan pengelola madrasah diniyah dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Hal yang perlu disosialisasikan adalah aspek-aspek spesifik dari madrasah diniyah sesuai dnegan PP no 55 Tahun 2007, dengan mempertimbangkan karakteristik social masyarakat setempat. 2. Tingkat keterlibatan aktif masyarakat terhadap madrasah diniyah, tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kesediaannya untuk terlibat, akan tetapi juga dipengaruhi oleh ketersediaan satuan penddidikan dan program-progran pengembangan dan pembinaan madrasah diniyah. Karena itu, dalam upaya meresponi tingkat kesedian masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengembanmga dan berpartisipasi terhadap madrasah diniyah, maka instansi berwenang diharapkan untuk lebih aktif memprogramkan kegiatan-kegiatan pengembangan madrash diniyah, termasuk menggalakkan pendirian madrasah diniyah formal dan atau madrasah diniyah takmiliyah, terutama melalui upaya-upaua lehalsiasi. Tujuan madrasah diniyah takmiliyah, berdasarkan PP no 55 Tahun 2007, adalah untuk memberikan kelengkapan pendidikan agama bagi siswa dimana terbatas diperoleh di sekolah umum dan madrasah karena ketrbatasan waktu pelajaran. Dalam upaya tersebut, maka diperlukan sebuah kajian pengembangan yang menjajaki kemungkinan pembuatan regulasi tentang itu. Kajian pengembangan itu berupa loka karya, seminar, diskusi maupun workshop dalam upaya menyamakan persepsi dan merancang rancangan regulasi pengembangan madrasah diniyah formal dan atau madrasah diniyah takmiliyah. Sedangkan pada aspek peningkatan program-program pembinaan madrasah diniyah hendaknya dilakukan dalam bentuk kajian pengembangan pula untuk meninjau ulang dan merumuskan pola pembinaan madrasah diniyah yang lebih menyentuh pada substansi permasalahan madrasah diniyah. |
Penelitian kuantitai ini dilakukan di enam kota/ kabaten di kawasan timur Indonesia, yaitu Kota Samarinda dan Tenggarong (Kaltim) Kota Makassa dan Kota parepare (Sulsel), Kota Palu (Sulteng) dan Kabupaten Polman (Sulbar). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (partisipasi dan keterlibatan aktif) masyarakat teerhadap madrasah diniyah; dan menemukan keeratan korelasi antar ketiga variable tersebut.
Penlitian ini didasari bahwa PP 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan sudah ditetapkan sejak tiga tahun yang lalu, namun perkembangan madrasah diniyah tamapak belum signifikan, terutama di kawasan timur Indonesia. Perkembangan sebuah tatanan pendidikan sangat dipengaruhi oleh partisipasi dan keterlibatan masyarakat terhadapnya, antara lain menyekolahkan anak, ikut andil dalam mengelola dan lain sebagainya.. arena sangat urgen mengamati respon masyarakat terhadap madrasah diniyah, dalam rangka merancang sebuahpengembanganmadrasah diniyah yang adaptif pada tuntutan masyarakat terhadp pendidikan agama dan keagamaan.
Penelitian ini dikonstruksi dari teori respon yang dikemukan oleh Stave M. Caffe yang membagi menjadi tiga bagian yaitu 1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 2. Efektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan penilaian terhadap sesuatu, 3. Kognitif yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan dan perbuatan, selain itu, David Aaker , menjelaskan bahwa aspek repon yang sangat real adalah perilaku. Dan yang paling menetukan tingakh laku adalag adanya pengetahuan dan sikap yang sebelumnya telah dimiliki oleh individu ketika dirinya menghadapi objek respon. Sedangkan objek respon yaitu madrasah diniyah, dikonstruksi dari PP 55 tahun 2007, yaitu tujuan, kurikulum, jenis, tingkatan, status dan STTB madrasah diniyah. Demikian halnya untuk mengamati sikap dan perilaku, aspek-aspek yang diamati adalah hal-hal yang berkaitan dengan partisipasi dan keterlibatan responden terhadap madrasah diniyah, yaitu kesedaian untukm mendirikan madrasah diniyah di lingkungan tempat tinggal, partisipasi menyekolahkan anak dan mengajak keluarga atau tetangga menyekolahkan anak dan mengajak keluarga atau tetangga menyekolahkan anak, keterlibatan dalam forum diskusi, mengelola dan merancang pengembangan madrasah diniyah. Dari konsep-konsep ini, analisis penelitian ini dikonstruksi. Variabel independen adalah tingkat perilaku atau partisipasi dan keterlibatan terhadap madrasah diniyah.