Kategori: Isu Aktual
Anggota:
Publisher: PuslitbangBALK
Diunduh: 1426x
Views 4338x
Editor: SekretariatBLD
Abstrak:
Rencana vaksinasi Covid-19 mendapat beragam respon. Banyak yang siap, tidak sedikit yang menolak atau ragu-ragu. Sejumlah kajian menunjukkan, diantara alasan penolakan atau keraguan adalah alasan keyakinan agama. Benarkah agama menolak vaksin dan rencana vaksinasi? Lalu, bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan umat beragama terkait Covid-19, vaksin dan vaksinasi? Survei-daring pada 22-30 Desember 2020 ini berhasil mengumpulkan 2.610 pendapat responden dari 34 provinsi. Dengan accidental sampling yang non-probabilitas, survei ini tetap dapat memenuhi tingkat sebaran yang sebangun dengan komposisi jumlah penduduk dan pemelukan agama di Indonesia. Lebih jauh, ada penguatan informasi kualitatif dengan mewawancara 30 tokoh/pemuka agama di 10 lokasi. Ditemukan, responden umumnya (54,37%) siap divaksin Covid-19, di tengah pandemi yang kian mengkhawatirkan ini. Namun ada juga yang menolak (9,39%) dan memilih belum memutusan (36,25%). Alasan mereka cukup beragam. Yang menolak, utamanya ragu atas keamanan vaksin. Yang beralasan agama hanya 9,27%. Responden yang belum memutuskan, wait and see, sambil mencari tahu detail vaksin dan rencana vaksinasi tersebut. Sumber utama informasi mereka: media elektronik (80,96%) dan media sosial (72,76%).
Survei ini merekomendasikan penguatan edukasi publik terkait vaksin dan vaksinasi. Selain penjelasan medis yang transparan oleh dokter, edukasi dalam hal keagamaan perlu diintensifkan terutama oleh pemuka agama. Peran pemuka agama dan ormas keagamaan sangat strategis karena mereka sumber informasi paling dipercaya publik. Untuk meningkatkan penerimaan masyarakat akan vaksinasi Covid-19, beberapa hal layak dipertimbangkan, yaitu: Pertama, perkembangan aktual dan faktual pandemi Covid-19 perlu diinformasikan ke publik secara proporsional. Data mengindikasikan, semakin responden tahu kondisi dan merasa khawatir dengan kondisi pandemi, maka semakin menerima rencana vaksinasi Covid-19. Kedua, Pemerintah perlu menjaga kepercayaan publik. Data memperlihatkan, kepercayaan pada Pemerintah sebangun dengan kesiapan untuk ikut vaksinasi. Ketiga, masyarakat perlu didorong untuk terus menaati protokol kesehatan (3M). Responden yang merasa menaati 3M cenderung siap ikut vaksinasi. Terakhir, perlu transparansi, sosialisasi, dan penjelasan yang lebih lengkap terkait rencana vaksinasi Covid-19 tersebut. Hal ini pangkal dari ketidaksiapan dan keraguan responden. Kejelasan memicu kesiapan.[]
Rencana vaksinasi Covid-19 mendapat beragam respon. Banyak yang siap, tidak sedikit yang menolak atau ragu-ragu. Sejumlah kajian menunjukkan, diantara alasan penolakan atau keraguan adalah alasan keyakinan agama. Benarkah agama menolak vaksin dan rencana vaksinasi? Lalu, bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan umat beragama terkait Covid-19, vaksin dan vaksinasi? Survei-daring pada 22-30 Desember 2020 ini berhasil mengumpulkan 2.610 pendapat responden dari 34 provinsi. Dengan accidental sampling yang non-probabilitas, survei ini tetap dapat memenuhi tingkat sebaran yang sebangun dengan komposisi jumlah penduduk dan pemelukan agama di Indonesia. Lebih jauh, ada penguatan informasi kualitatif dengan mewawancara 30 tokoh/pemuka agama di 10 lokasi. Ditemukan, responden umumnya (54,37%) siap divaksin Covid-19, di tengah pandemi yang kian mengkhawatirkan ini. Namun ada juga yang menolak (9,39%) dan memilih belum memutusan (36,25%). Alasan mereka cukup beragam. Yang menolak, utamanya ragu atas keamanan vaksin. Yang beralasan agama hanya 9,27%. Responden yang belum memutuskan, wait and see, sambil mencari tahu detail vaksin dan rencana vaksinasi tersebut. Sumber utama informasi mereka: media elektronik (80,96%) dan media sosial (72,76%).
Survei ini merekomendasikan penguatan edukasi publik terkait vaksin dan vaksinasi. Selain penjelasan medis yang transparan oleh dokter, edukasi dalam hal keagamaan perlu diintensifkan terutama oleh pemuka agama. Peran pemuka agama dan ormas keagamaan sangat strategis karena mereka sumber informasi paling dipercaya publik. Untuk meningkatkan penerimaan masyarakat akan vaksinasi Covid-19, beberapa hal layak dipertimbangkan, yaitu: Pertama, perkembangan aktual dan faktual pandemi Covid-19 perlu diinformasikan ke publik secara proporsional. Data mengindikasikan, semakin responden tahu kondisi dan merasa khawatir dengan kondisi pandemi, maka semakin menerima rencana vaksinasi Covid-19. Kedua, Pemerintah perlu menjaga kepercayaan publik. Data memperlihatkan, kepercayaan pada Pemerintah sebangun dengan kesiapan untuk ikut vaksinasi. Ketiga, masyarakat perlu didorong untuk terus menaati protokol kesehatan (3M). Responden yang merasa menaati 3M cenderung siap ikut vaksinasi. Terakhir, perlu transparansi, sosialisasi, dan penjelasan yang lebih lengkap terkait rencana vaksinasi Covid-19 tersebut. Hal ini pangkal dari ketidaksiapan dan keraguan responden. Kejelasan memicu kesiapan.[]