MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SEKOLAH PERJUMPAAN DI NTB

Ketua Penelitian :

Kategori: Evaluasi Kebijakan

Anggota: Wahab

Publisher: BLA-Semarang

Diunduh: 80x

Views 606x

Editor: adminpusat1

Abstrak:

Proses pembelajaran  Sekolah Perjumpaan berawal dari komitmen dari masing-
masing peserta pembelajaran. Komitmen yang pertama dibangun adalah komitmen untuk
melakukan perjumpaan. Perjumpaan dilakukan atas dasar kesepakatan masing-masing
peserta pembelajaran yang diketahui oleh pembina masing-masing komunitas. Setelah
waktu, tempat, dan frekuensi perjumpaan disepakati, kemudian masing-masing peserta
pembelajaran membuat komitmen. Komitmen yang dibangun oleh masing-masing
peserta pembelajaran disampaikan  dalam forum pembelajaran. Masing-masing peserta
pembelajaran  mengingat komitmen yang disampaikan sendiri maupun komitmen yang
disampaikan  oleh masing-masing peserta pembelajaran. Komitmen yang disampaikan 
oleh masing-masing peserta pembelajaran menjadi target yang harus dicapai oleh mereka. 
 Sekolah Perjumpaan merupakan sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai
karakter religius. Sekolah Perjumpaan memandang bahwa setiap perjumpaan tidak ada
yang terjadi secara kebetulan. Jika perjumpaan itu dianggap terjadi secara kebetulan,
maka pada saat itu pula, ia telah menafikan peran Yang Kuasa. Perjumpaan menjadi
sekolah yang mengajarkan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi. Nilai utama yang
diusung oleh Sekolah Perjumpaan adalah  menepati komitmen. Menepati komitmen
menjadi karkater utama yang dapat melahirkan karakter-karkter baik lainnya. Menepati
komitmen dapat menumbuhkan kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Perjumpaan
dengan siapapun dipandang sebagai media untuk meningkatkan kesadaran diri akan
kehidupan. Sekolah Perjumpaan sangat menjunjung tinggi kepatuhan terhadap  komitmen
yang telah disepakati bersama. Komitmen itu tidak hanya berkaitan dengan orang lain,
namun  komitmen itu juga bersentuhan langsung dengan-Nya. 
Kegiatan masing-masing komunitas Sekolah Pejumpaan  mempunyai spesifikasi
fokus sendiri-sendiri, seperti: komunitas SP di desa Bangket Bilong, khusus untuk pelajar
dan mahasiswa berupa belajar bahasa Inggris dan IELTS (International English
Language Testing System) pada malam hari, diskusi di rumah konseptor (Abah Prof. 
Husni Muadz) setiap malam Sabtu, baca buku 1 jam sehari, presentasi hasil bacaan pada
hari Kamis dan Sabtu ba’da salat asar, dan belajar bahasa Inggris pada Senin sore.
Sedangkan untuk umum  (anak-anak, orang tua, dan mentor) berupa panen molah
maulana pada malam Jumat secara kolektif (sebulan sekali), hiziban (amalan2) setiap
malam Kamis, Alquran secara kolektif, menjaga air wudhu, dan kegiatan sosial;
komunitas SP desa Midang berupa mengucapkan salam, menepati janji, memperhatikan
orang berbicara, dan membaca buku: dan komunitas SP desa Mantang berupa menebar
salam, membantu orang tua (dalam kebaikan), membaca 1 jam dalam sehari, 
mempresentasikan hasil bacaan selama satu minggu pada seiap malam semin, dan 
belajar untuk tidak berbohong.
 
Sekolah Perjumpaan  dalam  praktik-praktik kegiatan pembelajarannya lebih 
tampak pada penguatan mengelola emosi (perasaan) dan etika keberbahasaan dan
tindakannya. Setiap kegiatan perjumpaan fenomena yang terjadi adalah adanya kesadaran
atas kesamaan harkat dan martabat sesama subyek yang hal itu menjadi landasan
munculnya sikap saling menghormati dan  menghargai satu sama lain. Model Sekolah
Perjumpaan merupakan sebuah model pendidikan yang membelajarkan kepada
pesertanya (komunitasnya) menjadi manusia-manusia yang memiliki sifat dan sikap
relasi sosial terbuka, saling berterima dan toleran, dengan mengelola ptaktik-praktik
emotioning dan praktik languaging. Bertolak dari praktik-praktik emotioning dan
languaging tersebut berimplikasi pada terbangunnya semangat belajar, kepercayaan diri,
kepedulian dan kerjasama sosial, toleransi, dan visi hidup menjadi orang yang baik
(Lihat: Buku Pedoman Sekolah Perjumpaan, 2017:2).
 
...
Proses pembelajaran  Sekolah Perjumpaan berawal dari komitmen dari masing-
masing peserta pembelajaran. Komitmen yang pertama dibangun adalah komitmen untuk
melakukan perjumpaan. Perjumpaan dilakukan atas dasar kesepakatan masing-masing
peserta pembelajaran yang diketahui oleh pembina masing-masing komunitas. Setelah
waktu, tempat, dan frekuensi perjumpaan disepakati, kemudian masing-masing peserta
pembelajaran membuat komitmen. Komitmen yang dibangun oleh masing-masing
peserta pembelajaran disampaikan  dalam forum pembelajaran. Masing-masing peserta
pembelajaran  mengingat komitmen yang disampaikan sendiri maupun komitmen yang
disampaikan  oleh masing-masing peserta pembelajaran. Komitmen yang disampaikan 
oleh masing-masing peserta pembelajaran menjadi target yang harus dicapai oleh mereka. 
 Sekolah Perjumpaan merupakan sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai
karakter religius. Sekolah Perjumpaan memandang bahwa setiap perjumpaan tidak ada
yang terjadi secara kebetulan. Jika perjumpaan itu dianggap terjadi secara kebetulan,
maka pada saat itu pula, ia telah menafikan peran Yang Kuasa. Perjumpaan menjadi
sekolah yang mengajarkan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi. Nilai utama yang
diusung oleh Sekolah Perjumpaan adalah  menepati komitmen. Menepati komitmen
menjadi karkater utama yang dapat melahirkan karakter-karkter baik lainnya. Menepati
komitmen dapat menumbuhkan kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Perjumpaan
dengan siapapun dipandang sebagai media untuk meningkatkan kesadaran diri akan
kehidupan. Sekolah Perjumpaan sangat menjunjung tinggi kepatuhan terhadap  komitmen
yang telah disepakati bersama. Komitmen itu tidak hanya berkaitan dengan orang lain,
namun  komitmen itu juga bersentuhan langsung dengan-Nya. 
Kegiatan masing-masing komunitas Sekolah Pejumpaan  mempunyai spesifikasi
fokus sendiri-sendiri, seperti: komunitas SP di desa Bangket Bilong, khusus untuk pelajar
dan mahasiswa berupa belajar bahasa Inggris dan IELTS (International English
Language Testing System) pada malam hari, diskusi di rumah konseptor (Abah Prof. 
Husni Muadz) setiap malam Sabtu, baca buku 1 jam sehari, presentasi hasil bacaan pada
hari Kamis dan Sabtu ba’da salat asar, dan belajar bahasa Inggris pada Senin sore.
Sedangkan untuk umum  (anak-anak, orang tua, dan mentor) berupa panen molah
maulana pada malam Jumat secara kolektif (sebulan sekali), hiziban (amalan2) setiap
malam Kamis, Alquran secara kolektif, menjaga air wudhu, dan kegiatan sosial;
komunitas SP desa Midang berupa mengucapkan salam, menepati janji, memperhatikan
orang berbicara, dan membaca buku: dan komunitas SP desa Mantang berupa menebar
salam, membantu orang tua (dalam kebaikan), membaca 1 jam dalam sehari, 
mempresentasikan hasil bacaan selama satu minggu pada seiap malam semin, dan 
belajar untuk tidak berbohong.
 
Sekolah Perjumpaan  dalam  praktik-praktik kegiatan pembelajarannya lebih 
tampak pada penguatan mengelola emosi (perasaan) dan etika keberbahasaan dan
tindakannya. Setiap kegiatan perjumpaan fenomena yang terjadi adalah adanya kesadaran
atas kesamaan harkat dan martabat sesama subyek yang hal itu menjadi landasan
munculnya sikap saling menghormati dan  menghargai satu sama lain. Model Sekolah
Perjumpaan merupakan sebuah model pendidikan yang membelajarkan kepada
pesertanya (komunitasnya) menjadi manusia-manusia yang memiliki sifat dan sikap
relasi sosial terbuka, saling berterima dan toleran, dengan mengelola ptaktik-praktik
emotioning dan praktik languaging. Bertolak dari praktik-praktik emotioning dan
languaging tersebut berimplikasi pada terbangunnya semangat belajar, kepercayaan diri,
kepedulian dan kerjasama sosial, toleransi, dan visi hidup menjadi orang yang baik
(Lihat: Buku Pedoman Sekolah Perjumpaan, 2017:2).
 

Lampiran Tidak Tersedia