PENGUATAN KOMPETENSI GURU PAUD DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ketua Penelitian :

Kategori: Isu Aktual

Anggota: Ahmad Muntakhib

Publisher: BLA-Semarang

Diunduh: 83x

Views 776x

Editor: adminpusat

Abstrak:

Pemahaman keagamaan anak usia dini hampir sepenuhnya tidak muncul dari diri anak itu sendiri, melainkan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Mereka melihat dan menirukan perilaku orang dewasa baik orang tua, guru, maupun masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan agama. Mereka sangat mudah menerima ajaran dari orang dewasa, meskipun mereka belum sadar manfaat ajaran tersebut. Hal ini karena sifat dasar agama anak usia dini tidak mendalam (unreflective), berpusat pada diri sendiri (egosentris), dan konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan (anthroppmorphis).
Pendidikan anak usia dini tidak dapat lepas dari pendidikan agama. Pendikan agama dan pendidikan anak usia dini menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Pendidikan agama pada anak usia dini seringkali digunakan hanya untuk memaksakan peserta didik agar hafal doa-doa dan surat pendek. Peserta didik setiap hari melafalkan doa-doa tersebut bersama dengan guru seperti melafalkan wirid sebagai sebuah ritualitas.
Pendidikan Agama Islam telah dilaksanakan pada lembaga pendidikan TK. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tersebut berdasarkan Kurikulum 2013 dan kurikulum yayasan/pengelola yang menaungi lembaga tersebut. Namun demikian, pendidikan agama tersebut terkadang membebani peserta didik karena mereka harus menghafalkan cukup banyak doa-doa, suratan pendek, keorganisasian dan lagu-lagu yang bernuansa agama. Disisi lain, lembaga dan orang tua peserta didik menuntut agar putra putrinya menghafal doa-doa harian, surat-surat pendek, dan hadis hadis populer.
Pembelajaran pada TK secara umum menggunakan model Sentra dan Area dengan pendekatan saintifik. Pendekatan ini merupakan salah satu ciri khas penggunaan Kurikulum 2013 PAUD. Pembelajaran ini bertumpu pada peserta didik dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik. Guru berfungsi sebagai orang yang membangkitkan dan mengoptimalkan potensi peserta didik. 
Guru pada TK sebagian besar mempunyai latar belakang S1 pendidikan, baik sarjana pendidikan dari berbagai disiplin ilmu, PAUD, maupun PIAUD. Guru dengan latar belakang pendidikan non PAUD dengan sadar menempuh kembali pendidikan sarjana pada bidang PAUD, hal ini dilakukan atas dasar betapa berharganya Pendidikan pada Anak Usia Dini. Meskipun begitu, pendidikan Tenaga pendidik yang berasal dari perguruan tinggi umum perlu penambahan kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan agama Islam. Hal ini disebabkan tidak ada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada TK. PAI terintegrasi dengan proses belajar mengajar setiap hari.
Sarana prasarana Pendidikan Agama Islam masih terbatas. Keadaan semacam ini memerlukan kreativitas guru agar proses belajar dapat berjalan dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan. Banyak benda-benda di sekitar lingkungan sekolah yang dapat dipakai dalam penyampaian materi tanpa biaya atau dengan biaya yang sangat murah.
Pemahaman keagamaan anak usia dini hampir sepenuhnya tidak muncul dari diri anak itu sendiri, melainkan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Mereka melihat dan menirukan perilaku orang dewasa baik orang tua, guru, maupun masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan agama. Mereka sangat mudah menerima ajaran dari orang dewasa, meskipun mereka belum sadar manfaat ajaran tersebut. Hal ini karena sifat dasar agama anak usia dini tidak mendalam (unreflective), berpusat pada diri sendiri (egosentris), dan konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan (anthroppmorphis).
Pendidikan anak usia dini tidak dapat lepas dari pendidikan agama. Pendikan agama dan pendidikan anak usia dini menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Pendidikan agama pada anak usia dini seringkali digunakan hanya untuk memaksakan peserta didik agar hafal doa-doa dan surat pendek. Peserta didik setiap hari melafalkan doa-doa tersebut bersama dengan guru seperti melafalkan wirid sebagai sebuah ritualitas.
Pendidikan Agama Islam telah dilaksanakan pada lembaga pendidikan TK. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tersebut berdasarkan Kurikulum 2013 dan kurikulum yayasan/pengelola yang menaungi lembaga tersebut. Namun demikian, pendidikan agama tersebut terkadang membebani peserta didik karena mereka harus menghafalkan cukup banyak doa-doa, suratan pendek, keorganisasian dan lagu-lagu yang bernuansa agama. Disisi lain, lembaga dan orang tua peserta didik menuntut agar putra putrinya menghafal doa-doa harian, surat-surat pendek, dan hadis hadis populer.
Pembelajaran pada TK secara umum menggunakan model Sentra dan Area dengan pendekatan saintifik. Pendekatan ini merupakan salah satu ciri khas penggunaan Kurikulum 2013 PAUD. Pembelajaran ini bertumpu pada peserta didik dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik. Guru berfungsi sebagai orang yang membangkitkan dan mengoptimalkan potensi peserta didik. 
Guru pada TK sebagian besar mempunyai latar belakang S1 pendidikan, baik sarjana pendidikan dari berbagai disiplin ilmu, PAUD, maupun PIAUD. Guru dengan latar belakang pendidikan non PAUD dengan sadar menempuh kembali pendidikan sarjana pada bidang PAUD, hal ini dilakukan atas dasar betapa berharganya Pendidikan pada Anak Usia Dini. Meskipun begitu, pendidikan Tenaga pendidik yang berasal dari perguruan tinggi umum perlu penambahan kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan agama Islam. Hal ini disebabkan tidak ada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada TK. PAI terintegrasi dengan proses belajar mengajar setiap hari.
Sarana prasarana Pendidikan Agama Islam masih terbatas. Keadaan semacam ini memerlukan kreativitas guru agar proses belajar dapat berjalan dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan. Banyak benda-benda di sekitar lingkungan sekolah yang dapat dipakai dalam penyampaian materi tanpa biaya atau dengan biaya yang sangat murah.

Lampiran Tidak Tersedia