Nilai-nilai keagamaan dalam petuah bijak, puisi dan peribahasa di kawasan timur Indonesia

Ketua Penelitian :

Kategori: Bahan Kebijakan

Anggota:

Publisher: BLA-Makassar

Diunduh: 69x

Views 473x

Editor: blamakassar

Abstrak:

Tradisi lisan masyarakat Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang menunjang terciptanya keharmonisan hidup. Nilai-nilai tersebut membimbing setiap individu untuk memiliki prinsip hidup yang kuat, perilaku yang bermartabat dan bertanggung jawab. Tradisi lisan yang berupa petuah bijak, puisi dan peribahasa sebagai warisan budaya bangsa Indoensia juga sejalan dengan nilai agama dan keagamaan. Namun sangat disayangkan karena serbuan budaya dari luar membuat tradisi tersebut sudah banyak ditinggalkan dan dilupkan dalam keseharian masyarakat (sekolah, rumah, dan masyarakat). Keadaan seperti itu antara lain menimbulkan keresahan dan kerusuhan sosial yang marak dalam masyarakat.  

Karena itu, dibutuhkan upaya pelestarian petuah bijak sebagai penguatan nilai keagamaan bagi masyarakat, yang sekaligus menunjang arah dan kebijakan pembangunan di bidang agama seperti tercantum dalam rancangan Rencana Program Jangka panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Kementerian Agama 2010-2014, utamanya perwujudan kehidupan sosial yang harmonis, rukun, dan damai di kalangan umat beragama.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengangkat permasalahan: Bagaimana nilai-nilai agama dan keagamaan yang terkandung dalam petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah yang ada di Kawasan Timur Indonesia ?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,  Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Maluku.  

Lampiran Tidak Tersedia

Executive Summary

Penelitian Tentang:

NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM PETUAH BIJAK, PUISI

DAN PERIBAHASA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Pendahuluan

Tradisi lisan masyarakat Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang menunjang terciptanya keharmonisan hidup. Nilai-nilai tersebut membimbing setiap individu untuk memiliki prinsip hidup yang kuat, perilaku yang bermartabat dan bertanggung jawab. Tradisi lisan yang berupa petuah bijak, puisi dan peribahasa sebagai warisan budaya bangsa Indoensia juga sejalan dengan nilai agama dan keagamaan. Namun sangat disayangkan karena serbuan budaya dari luar membuat tradisi tersebut sudah banyak ditinggalkan dan dilupkan dalam keseharian masyarakat (sekolah, rumah, dan masyarakat). Keadaan seperti itu antara lain menimbulkan keresahan dan kerusuhan sosial yang marak dalam masyarakat.  

Karena itu, dibutuhkan upaya pelestarian petuah bijak sebagai penguatan nilai keagamaan bagi masyarakat, yang sekaligus menunjang arah dan kebijakan pembangunan di bidang agama seperti tercantum dalam rancangan Rencana Program Jangka panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Kementerian Agama 2010-2014, utamanya perwujudan kehidupan sosial yang harmonis, rukun, dan damai di kalangan umat beragama.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengangkat permasalahan: Bagaimana nilai-nilai agama dan keagamaan yang terkandung dalam petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah yang ada di Kawasan Timur Indonesia ?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,  Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Maluku.  

Temuan

Petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah di Kawasan Timur Indonesia yang ditemukan dalam masyarakat adalah; Kelong di Makassar dan pappaseng di Bugis Sulawesi Selatan, kalindaqdaq dan sengo-sengo di Mandar Sulawesi Barat, kapata/kabata di Ambon Maluku, tuja’i dan paiya lohungo lopoli di Gorontalo, dan tevai ntotua di Kaili Sulawesi Barat.  

Kelong di Makassar dimaksudkan untuk menghibur, mendidik, dan menceritakan berbagai hal. Seiring masuknya Islam di Makassar, kelong pun kemudian diwarnai dengan materi agama dalam hal ini memuat tentang akidah, ibadah, dan akhlak. Nilai agama juga sangat kental dalam kalindaqdaq (sejenis puisi) bagi masyarakat Mandar Sulawesi Barat. Bahkan secara lengkap kalindaqdaq mengulas berbagai tema agama seperti rukun islam dari syahadat sampai naik haji. Nilai-nilai agama serupa ini juga banyak terdapat dalam pappaseng Bugis.

Dalam upacara penganugrahan gelar adat pulanga di Gorontalo, ditekankan pentingnya seorang pemimpin untuk memiliki akhlak yang mulia. Hal ini diungkap dari tujua’i atau puisi adat yang berbunyi; Huta,huta lo ito Eeya; taluhu-taluhu lo ito Eeya; dupoto-dupoto lo ito Eeya; tulu-tulu lo ito Eeya; tawu-tawu lo ito Eeya; bo ito Eya dila poluli hilawo. Artinya; tanah adalah milik Yang Mulia, air dalam kekuasaan Yang Mulia, angin pun dalam kewenangan Yang Mulia, api dalam genggaman Yang Mulia, manusia dalam kekuasaan Yang Mulia, tetapi Yang Mulia jangan berbuat sewenang-wenang. Kemudian diakhiri dengan kata wallaahi atau billahi.                 

Nilai persatuan dan persaudaraan yang sejalan dengan nilai keagamaan ditemukan dalam puisi lagu dan peribahasa daerah Kaili di Sulawesi Tengah; Seperti terdapat dalam puisi Palu Ngataku (palu negeriku), Posisani (berkenalan), dan peribahasa Maroso Marisi Marasa, Mosarara Mosabatutu. Bersatu Teguh Kita Sejahtera, Bersaudara Kita Bersatu. Bahwa persaudaraan. Hal ini juga berlaku bagi masyarakat Ambon di Maluku. Seperti tergambar dalam kuru siwa rima e. Tutu ya hei lete hei lete oo, Hei lete Nunusaku o, Nunusaku o; Nunusaku karu pela, karu pela o, Nunusaku sama pela, sama pela o; pandanglah ke sana, mereka datang turun dari darat. Datang dari kawasan Nunusaku, Nunusaku. Nunusaku mewariskan kita pela, ikatan persaudaraan. Nunusaku membawa serta pula ikatan kekeluargaan. Falsafah serupa juga lahir dalam sengo-sengo di  Mambi Sulawesi Barat; mesa kada dipatua, pantang kada dipomate, artinya satu kata teguh kita sejahtera, bersaudara kita bersatu.

 

    

Rekomendasi

1.    Memasukkan Bahasa Daerah (petuah bijak, puisi dan peribahasa) sebagai mutan lokal dalam pendidikan sekolah dasar sampai menengah, khususnya bagi daerah yang belum merealisasikan.

2.    Diknas dan lembaga yang terkait hendaknya dilakukan pendidikan dan pelatihan pembuatan kurikulum penyusunan bahasa daerah dan memasukkan pembahasan sastra lisan didalamnya (petuah bijak, puisi dan peribahasa).

3.    Hendaknya kementrian agama, Pemprov, dan pemkab menambah atau mengadakan kouta pengankatan guru bahasa daerah pada tingkat provinsi atau kabupaten di wilayah KTI.

4.    Guru mata pelajaran muatan lokal dapat diperhitungkan sebagai kewajiban jam mata pelajaran di sekolah-sekolah (sertifikasi).

5.    Mengadakan diklat bagi guru bahasa Indonesia untuk mengintegrasikan petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah dalam materi pelajaran.

6.    Melaksanakan program “ Gerakan Sehari Berbahasa Daerah” pada sekolah dan intansi-instansi pemerintah. 

7.    Menggunakan petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah dalam pidato atau sambutan-sambutan pada acara pemerintahan.

8.    Menggunakan bahasa daerah pada papan inforamasi di tempat-tempat strategis 

9.    Mengadakan lomba karya tulis ilmiah dengan tema petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah.

10. Seyogyanya dilakukan penelitian lanjutan tentang sastra lisan yang mendalam dan lebih spesifik pada satu tema. 

11. Kepada Lembaga Sekolah. Menggalakkan kegiatan perlombaan degan tema petuah bijak, puisi, pantun dan peribahasa bagi anak-anak sekolah.

12. Perlu ada Peraturan Daerah tentang pemeliharaan petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah. 

 

Tradisi lisan masyarakat Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang menunjang terciptanya keharmonisan hidup. Nilai-nilai tersebut membimbing setiap individu untuk memiliki prinsip hidup yang kuat, perilaku yang bermartabat dan bertanggung jawab. Tradisi lisan yang berupa petuah bijak, puisi dan peribahasa sebagai warisan budaya bangsa Indoensia juga sejalan dengan nilai agama dan keagamaan. Namun sangat disayangkan karena serbuan budaya dari luar membuat tradisi tersebut sudah banyak ditinggalkan dan dilupkan dalam keseharian masyarakat (sekolah, rumah, dan masyarakat). Keadaan seperti itu antara lain menimbulkan keresahan dan kerusuhan sosial yang marak dalam masyarakat.  

Karena itu, dibutuhkan upaya pelestarian petuah bijak sebagai penguatan nilai keagamaan bagi masyarakat, yang sekaligus menunjang arah dan kebijakan pembangunan di bidang agama seperti tercantum dalam rancangan Rencana Program Jangka panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Kementerian Agama 2010-2014, utamanya perwujudan kehidupan sosial yang harmonis, rukun, dan damai di kalangan umat beragama.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengangkat permasalahan: Bagaimana nilai-nilai agama dan keagamaan yang terkandung dalam petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah yang ada di Kawasan Timur Indonesia ?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,  Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Maluku.  

Lampiran Tidak Tersedia

Lampiran Tidak Tersedia