Arkeologi Masjid-Masjid Tua di KTI

Ketua Penelitian :

Kategori: Bahan Kebijakan

Anggota:

Publisher: BLA-Makassar

Diunduh: 43x

Views 328x

Editor: blamakassar

Abstrak:

Pengembangan Agama Makassar melakukan penelitian terhadap mesjid mesjid kuno yang ada di Kawasan Timur Indonesia, melalui penelitian kualitatif eksploratif pada empat provinsi yaitu : 1) Sulawesi Barat, 2) Maluku, 3) Sulawesi Tenggara dan, 4) Kalimantan Timur.

Mesjid Syeh Abdul Mannan Majene dan mesjid Keraaan Balanipa Sulawesi Barat memiliki ciri khusus berupa mihrab kuba, dengan ruang mihrab terdiri dari ruang imam tempat pemimpin shalat dan ruang khatib atau tempat berdirinya mimbar permanen yang menyatu dengn dinding sebelah Utara mihrab. Mesjid Wapauwe Negeri Keitetu mempunyai konstruksi bangunan induk dari kayu tanpa paku dan pasak, baik antara tiang dengan balok maupun antara balok dengan balok. Tiang-tiang dan balok dikaitkan secara khusus kemudia diikat dengan tali ijuk.bentuk atap menyerupai piramid, dan pada pintunya terdapat ukiran kura-kura yang bertuliskan shalawat nabi. Mesjid Ogena Wolio Kesultanan Buton memiliki tiang kayu sebanyak 60  buah dengan bentuk atap limasan. Kemudian mesjid Shiratal Mustaqim dan mesjid Aji Amir Hasanuddin Tenggarong di Kalimantan Timur merupakan bangunan yang berbahan dasar kayu ulin, dengan bentuk atap tumpang dan joglo

Lampiran Tidak Tersedia

EXECUTIVE SUMMARY

ARKEOLOGI MASJID-MASJID TUA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Masjid Syeh Abdul Mannan Majene dan Mesjis Kerajaan Balanipa Sulawesi Barat,mesjid Jami’ Ambon dan mesjid Wapauwe Negeri Keitetu di Maluku, Masigi Ogena Wolio Kesultanan Butin Sulawesi Tenggara, Mesjid Shirathal Mustaqim Samarinda Seberang dan mesjid Aji Amir Hasanuddim Tenggarong Kalimantan Timur

PENDAHULUAN

Mesjid sebagai tempat ibadah tidaklah hanya bernilai sebagai simbol keagamaan, akan tetapi mesjid juga merupakan nilai budaya dari masyarakat masa lampau yang harus dijaga kelestariannya sebagai amanat dari Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Th. 1992 Pasal 1 ayat 1 poin (a) Tentang Benda Cagar Budaya :

“ benda cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan “

Akan tetapi faktanya di Indonesia mesjid-mesjid kuno itu ada yang dibongkar dengan alasaan untuk perluasan atau karena kondisi bangunan yang sudah kuno. Karena itu, sebelum pembongkaran tersebut merebak luas yang berarti menghilangkan bukti bukti warisan budaya dari masyarakat Islam masa lampau. Warisan budaya tersebut adalah ekspresi peradaban nenek moyang bangsa yang merupakan akar dari perdaban zaman terkini, dan sejatinya menjadi kebanggaan jati diri bangsa serta sebagai bukti bahwa Indonesia lahir dari bangsa yang besar dan bermartabat. Hal ini seiring dengan arah kebijakan dan strtegi Kementerian Agama tahun 2010-2014 yang menekankan pentingnya upaya meningkatkan harkat dan martabat umat beragama dalam membangun jati diri bangsa. Dalam upaya memelihara dan melestarikan mesjid-mesjid kuno tersebut, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar melakukan penelitian terhadap mesjid mesjid kuno yang ada di Kawasan Timur Indonesia, melalui penelitian kualitatif eksploratif pada empat provinsi yaitu : 1) Sulawesi Barat, 2) Maluku, 3) Sulawesi Tenggara dan, 4) Kalimantan Timur.

 

TEMUAN

Penelitian ini berhasil mendeskripsikan aspek morfologis dari tujuh buah mesjid kuno dari empat provinsi yaitu : mesjid Syeh abdul Mannan Majene dan Mesjid Kerajaan Balanipa Sulawesi Barat yang berasal dari tahun 1800-an M, mesjid Jami’ ambon tahun 1898 M dan mesjid Wapauwe Negeri Keitetu tahun 1414 di Maluku, Masigi Ogena Wolio Kesultanan Buton Sulawesi Tenggara tahun 1712 M, mesjid Shirathal Mustaqim Samarinda Seberang tahun 1891 M dan Mesjid aji Amir Hasanuddin Tenggarong tahun 1874 M Kalimantan Timur.

Mesjid Syeh Abdul Mannan Majene dan mesjid Keraaan Balanipa Sulawesi Barat memiliki ciri khusus berupa mihrab kuba, dengan ruang mihrab terdiri dari ruang imam tempat pemimpin shalat dan ruang khatib atau tempat berdirinya mimbar permanen yang menyatu dengn dinding sebelah Utara mihrab. Mesjid Wapauwe Negeri Keitetu mempunyai konstruksi bangunan induk dari kayu tanpa paku dan pasak, baik antara tiang dengan balok maupun antara balok dengan balok. Tiang-tiang dan balok dikaitkan secara khusus kemudia diikat dengan tali ijuk.bentuk atap menyerupai piramid, dan pada pintunya terdapat ukiran kura-kura yang bertuliskan shalawat nabi. Mesjid Ogena Wolio Kesultanan Buton memiliki tiang kayu sebanyak 60  buah dengan bentuk atap limasan. Kemudian mesjid Shiratal Mustaqim dan mesjid Aji Amir Hasanuddin Tenggarong di Kalimantan Timur merupakan bangunan yang berbahan dasar kayu ulin, dengan bentuk atap tumpang dan joglo.

 

REKOMENDASI

1.       Diperlukan adanya penulisan sejarah mesjid-mesjin kuno berdasarkan fakta arkeologis sebagai bahan rujukan ilmiah tentang bukti sejarah budaya masyarakat masa lampau.

2.       Diperlukan sosialisasi pentingnya pemeliharaan dan pelestarian bangunan mesjid mesjid kuno kepada masyarakat luas.

3.       Renovasi dan penggantian bahan mesjid mesjid kuno hendaknya tidak merubah bentuk aslinya dan bahan yang digantikan itu dipelihaa atau renovasi dilakukan atas pertimabgan dari pihak Balai Penelitian dan Pelestarian Purbakala, Dinas Pariwisata dan masyarakat adat.

4.       Mesjid kuno sebagai benda bersejarah dalam perkembangannya budaya bangsa perlu dipromosikan sebagai objek wisata.

5.       Arah hadap kiblat perlu dilakukan penyesuaian dengan menggunakan pengukuran berdasarkan standar ilmu falak tanpa melakukan perombakan arah hadap bangunan mesjid

 

Pengembangan Agama Makassar melakukan penelitian terhadap mesjid mesjid kuno yang ada di Kawasan Timur Indonesia, melalui penelitian kualitatif eksploratif pada empat provinsi yaitu : 1) Sulawesi Barat, 2) Maluku, 3) Sulawesi Tenggara dan, 4) Kalimantan Timur.

Mesjid Syeh Abdul Mannan Majene dan mesjid Keraaan Balanipa Sulawesi Barat memiliki ciri khusus berupa mihrab kuba, dengan ruang mihrab terdiri dari ruang imam tempat pemimpin shalat dan ruang khatib atau tempat berdirinya mimbar permanen yang menyatu dengn dinding sebelah Utara mihrab. Mesjid Wapauwe Negeri Keitetu mempunyai konstruksi bangunan induk dari kayu tanpa paku dan pasak, baik antara tiang dengan balok maupun antara balok dengan balok. Tiang-tiang dan balok dikaitkan secara khusus kemudia diikat dengan tali ijuk.bentuk atap menyerupai piramid, dan pada pintunya terdapat ukiran kura-kura yang bertuliskan shalawat nabi. Mesjid Ogena Wolio Kesultanan Buton memiliki tiang kayu sebanyak 60  buah dengan bentuk atap limasan. Kemudian mesjid Shiratal Mustaqim dan mesjid Aji Amir Hasanuddin Tenggarong di Kalimantan Timur merupakan bangunan yang berbahan dasar kayu ulin, dengan bentuk atap tumpang dan joglo

Lampiran Tidak Tersedia

Lampiran Tidak Tersedia