Persepsi dan Sikap Keagamaan Mahasiswa Muslim di Perkotaan

Ketua Penelitian :

Kategori: Bahan Kebijakan

Anggota:

Publisher: BLA-Makassar

Diunduh: 40x

Views 345x

Editor: blamakassar

Abstrak:

...

Lampiran Tidak Tersedia

EXECUTIVE SUMMARY

Penelitian Tentang:

PERSEPSI DAN SIKAP KEAGAMAAN MAHASISWA MUSLIM DI PERKOTAAN

LATAR BELAKANG

Upaya peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan keagamaan menjadi salah satu concern Kementerian Agama dalam program kabinet Indonesia bersatu II pembangunan di bidang agama sebagai salah satu bagian kebijakan strategis dalam RPJMN 2010-2014 . Dan dalam konteks pemahaman keagamaan-khususnya di kalangan generasi muda- Kementerian Agama masih menengarai problem sosial-keagamaan, dengan indikator-indikator diantaranya masih mengemukanya-walaupun sporadis- kasus konflik kekerasan bernuansa keagamaan yang mencerminkan berkembangnya halaqah dan kelompok keagamaan radikal/fundamental, wawasan sempit, dangkal, eksklusif dan tidak toleran  di tengah-tengah arus utama Islam moderat.

Hipotesis yang kemudian terbangun, mengacu pada realitas faktual adalah  bahwa pelaku-pelaku utama proyek jihadis transnasional yang berbasis ideologi al-Qaedah, yang selama satu dasawarsa terakhir  banyak melibatkan kalangan intelektual yang terdidik di perguruan tinggi.

 

METODE

Berdasarkan kondisi faktual di atas, riset kebijakan ini dilakukan dalam upaya mencari solusi dengan mengacu pada rumusan masalah: Bagaimana persepsi dan sikap mahasiswa muslim di perkotaan ?, dan penelitian kuantitatif ini mengambil setting penelitian di empat provinsi dalam wilayah kerja litbang agama Makassar, meliputi: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Kalimantan Timur, dan sampel dipilih berdasarkan quota sampling pada dua perguruan tinggi dengan kategori umum dan agama, kuosioner didistribusikan pada tiap-tiap perguruan tinggi tersebut. Kuosioner yang tersebar memuat 25 indikator atau stimulus yang direspon kalangan responden sebagai instrumen pengukuran kecenderungan arah persepsi dan sikap responden, dengan interval eksklusif-fundamental hingga inklusif-moderat.

 

TEMUAN

Respon rate yang dideskripsikan melalui kategori jawaban yang tergradasi dalam kategori respon positif (sangat setuju dan setuju), dan respon negatif (sangat tidak setuju dan tidak setuju) mengindikasikan bahwa dalam konteks riset di atas secara persepsional kalangan mahasiswa memiliki kecenderungan persepsi  keagamaan yang eksklusif (tertutup), dengan indikator bahwa 62% merespon secara negatif wacana titik temu agama-agama, 92,5% yang tidak setuju konversi antar agama, 94% yang menolak syiar Islam dengan pemaksaan, 60% yang setuju formalisasi syariat Islam, 84% yang merespon positif wacana khilafah Islamiyah, 90,5% yang tidak setuju jihad dengan modus kekerasan, 87,5% yang menolak praktek nikah beda agama. Maknanya bahwa hubungan dengan penganut agama lain tidak menjadi persoalan sepanjang tidak menyentuh persoalan fundamental dalam agama.

Walaupun tidak bisa dinafikan bahwa arah kecenderungan persepsi dan pola penyikapan tersebut tidak monolitik, hal ini ditandai oleh respon rate yang terkait dengan relasi sosial-ekonomi, kalangan responden justru cenderung inklusif-moderat dimana sebagian besar responden bersedia untuk melakukan hubungan personal atau sosial dengan kelompok agama lain, dengan beberapa indicator; di antaranya respon positif terkait dengan jalinan silaturrahim dengan non muslim 71,5%, respon positif juga nampak pada kesediaan mengundang tetangga non muslim 76%, dan kesediaan melakukan transaksi ekonomi dengan respon rate positif 74%, dan seterusnya, kesediaan menyumbang tanpa mempertimbangkan alasan primordial (agama) frekwensi 66.5%, kesediaan responden menerima pendapat tokoh agama lain frekwensi 60%.

 

REKOMENDASI

                Berdasarkan pada hasil penelitian di atas, peneliti merekomendasikan beberapa solusi, di antaranya:

  1. Reposisi dan deradikalisasi pada tataran wacana dan aksi secara terintegrasi dan humanis, dengan mengoptimalkan peran dosen pengampu mata kuliah agama, khsusnya pada perguruan tinggi umum di tengah keterbatasan dan alokasi waktu yang tidak memadai.
  2. Reorientasi muatan materi mata kuliah agama yang lebih diorientasikan pada penimngkatan wawasan keagamaan multikultural dengan out put intelektual yang mengusung ideologi multikulturalis yang senantiasa menjunjung tinggi kesederajatan, tasamuh (toleransi), tawazun (moderasi), mutual trust (saling percaya), dan mutual respect (saling menghargai).
  3. Perlu diskusi intensif tentang pentingnya wawasan kebangsaan sebagai bagian integral dalam ajaran agama.
  4. Perlunya pengawasan yang intensif terhadap gerakan keagamaan dan halaqah-halaqah keislaman yang mengarah pada radikalisme agama.

 

 

...

Lampiran Tidak Tersedia

Lampiran Tidak Tersedia