PERSEPSI KEBANGSAAN SISWA KRISTEN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Ketua Penelitian :

Kategori: Bahan Kebijakan

Anggota:

Publisher: BLA-Makassar

Diunduh: 26x

Views 380x

Editor: blamakassar

Abstrak:

...

Lampiran Tidak Tersedia

EXECUTIVE SUMMARY

Persepsi Kebangsaan Siswa Kristen

Di Kawasan Timur Indonesia

 

PENDAHULUAN

            Dewasa ini, merosotnya semangat kebangsaan yang ditandai dengan gejala konflik dan pertikaian di sejumlah daerah di Indonesia, dan bangkitnya kembali semangat separatisme di sejumlah wilayah di Kawasan Timur Indonesia yang berbasis Kristen sebagai reaksi terhadap aksi-aksi fundamentalisme dan kekerasan atas nama agama di wilayah Jawa dan Aceh yang menjadi basis utama warga muslim memunculkan pertanyaan bagaimana dengan kebangsaan di kalangan siswa beragama Kristen sebagai generasi muda Kristen terdidik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi kebangsaan siswa Kristen di Kawasan Timur Indonesia, dengan menggunakan metode penelitian kombinasi kuantitatif dan kualitatif. Ada lima lokasi yang dipilih atas dasar dominasi masyarakatnya yang beragama Kristen, yaitu Kota Manado (Prov. Sulawesi Utara), Kota Ambon (Prov. Maluku), Kota Jayapura (Prov. Papua), Kabupaten Poso (Prov. Sulawesi Tengah), dan Kabupaten Tana Toraja (Prov. Sulawesi Selatan).

            Yang menjadi populasi adalah siswa beragam Kristen yang dijaring dari 10 (sepuluh)  SMA dan SMK secara acak di setiap lokasi. Jumlah sampel ditentukan memakai rumus Slovin dengan galat duga 0,029 (total 1200 responden). Penelitian ini pertama-tama menggunakan instrumen angket yang mengukur empat aspek kebangsaan:  Kedaulatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan Cinta Tanah Air, Mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa, Penerimaan terhadap Kebhinnekaan, dan Kepatuhan terhadap Hukum. Selanjutnya dilakukan penelitian kualitatif untuk memberikan penjelasan terhadap data kuantitatif yang diperoleh melalui angket.

 

PEMBAHASAN

            Secara umum, persepsi kebangsaan siswa Kristen di Kawasan Timur Indonesia masih menggembirakan pada keempat aspek kebangsaan di atas. Para siswa Kristen tersebut masih mengakui bentuk NKRI dan memiliki rasa cinta tanah air, masih bersedia untuk mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa, masih menerima kebhinnekaan (kemajemukan) bangsa, dan masih memandang kepatuhan terhadap hukum, bahkan di daerah yang pernah dilanda konflik antar agama, seperti Poso dan Ambon.

            Meskipun demikian, masih ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Masih ada sekira 25 persen siswa yang berpikir untuk berpindah kewarganegaraan, dan ini terbanyak ada di Papua. Masih ada yang mempertimbangkan ideologi alternatif selain Pancasila. Pancasila dipandang penting secara ideologis, namun tetap dimaknai secara rasional dan penerapan nilai-nilainya harus mengikuti kemajuan zaman. Dalam hal penerimaan kemajemukan, masih ada siswa yang lebih mengutamakan kepentingan belajar bersama daripada mengizinkan teman kelompoknya mengikuti kegiatan ibadah di waktu yang sama. Meskipun terdapat persepsi yang seragam bahwa hukum (UUD 1945 dan turunannya) dan tata tertib harus dipatuhi, namun dalam pelaksanaannya, masih terdapat ketidakkonsistenan, karena masih ada keinginan untuk melakukan pelanggaran hukum tersebut, khususnya jika hukum dan aturan bertabrakan dengan kepentingan pribadi.

            Temuan kualitatif dalam penelitian ini melalui wawancara terhadap sejumlah pihak terkait menguatkan temuan kuantitatif bahwa persepsi kebangsaan siswa Kristen dari perspektif kognitif adalah baik, namun dalam hal pelaksanaaanya masih terdapat sejumlah perbedaan, sesuai dengan aspirasi siswa. Salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap persepsi kebangsaan siswa adalah persepsi terhadap ketidakadilan yang dirasakan. Adanya perlakuan yang dirasakan tidak adil dapat berpotensi melemahkan rasa kebangsaan.

 

REKOMENDASI

            Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian, direkomendasikan beberapa hal di bawah ini:

  1. Mempertahankan kegiatan pengembangan nilai-nilai kebangsaan yang sudah terprogram di sekolah-sekolah, baik kegiatan intra kurikuler maupun ekstra kurikuler, seperti Pramuka, Paskibraka, seni dan olah raga.
  2. Senantiasa terus mengembangkan kegiatan-kegiatan luar sekolah yang mampu mengembangkan rasa kebangsaan, seperti kegiatan cerdas cermat kebangsaan antar sekolah, maupun kegiatan pelatihan kader bela negara.
  3. Para guru Pendidikan Agama Kristen agar dalam proses pembelajaran senantiasa mengintegrasikan materi pelajaran agama Kristen dengan nilai-nilai kebangsaan di dalam kelas. Para guru perlu menekankan pentingnya kebersamaan dan toleransi terhadap kemajemukan bagi kelangsungan hidup bangsa.

...

Lampiran Tidak Tersedia

Lampiran Tidak Tersedia