Ketua Penelitian : H. Joko Tri Haryanto
Kategori: Bahan Kebijakan
Anggota: H. Joko Tri Haryanto
Publisher: BLA-Semarang
Diunduh: 43x
Dilihat 499x
Editor: blasemarang
Abstrak:
Latar Belakang
Demokrasi bagi bangsa Indonesia laksana pisau bermata ganda. Di satu sisi ia memberi kebebasan dan kemerdekaan terhadap warga negara dalam mengungkapkan ekspresi hak dan kepentingannya. Di sisi lain, kebebasan dan kemedekaan tersebut dipergunakan dalam bentuk negatif, yakni perilaku radikalisme, termasuk di dalamnya pandangan dan sikap memicu kekerasan kelompok lainnya di masyarakat, maupun pandangan dan sikap yang bermuatan perlawanan terhadap negara.
Kebebasan berorganisasi berkelindan dengan kebebasan berkeyakinan dan beragama memberi peluang terhadap kelompok-kelompok keagamaan yang memiliki kecenderungan radikal dapat berlindung di bawah payung konsitusi. Mereka tetap dapat beraktivitas bahkan di ruang-ruang publik membangun ideologi radikalisme bahkan sikap permusuhan dengan sistem negara yang berlaku secara terang-terangan. Sementara negara tidak berdaya mencegah paham radikalisme tersebut tersemai.
Kelompok-kelompok keagamaan, khususnya dalam agama Islam di Indonesia cukup banyak dan menimbulkan polarisasi sosial di masyarakat akibat perbedaan-perbedaan pandangan dan sikap keberagamaannya. Perkembangan kelompok-kelompok keagamaan yang baru dengan mengusung paham keagamaan yang relatif baru bermunculan setelah pergantian rezim orde baru ke era reformasi. Kelompok-kelompok tersebut di antaranya telah mulai ada pada masa orde baru tetapi angin segar refomasi mendorong pertumbuhan yang subur kelompok-kelompok keagamaan tersebut. Kelompok-kelompok ini dengan cepat berkembang dan menguat, seiring pula dengan jejaring internasional yang mendukung gerakan keagamaan ini di Indonesia.
Salah satu kelompok keagamaan yang berjejaring dengan kelompok sejenis di luar negara ini adalah jamaah salafy. Kelompok salafy ini telah berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan mengusung paham keagamaan/keislaman yang bercorak revivalis dan mengacu pada paham keagamaan yang ada di Timur Tengah, yakni Arab Saudi dan Yaman. Sementara itu, beberapa kelompok keagamaan yang berorientasi ke Timur Tengah memiliki kecenderungan bercorak radikal. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan kajian terhadap kelompok salafy ini kaitannya dengan radikalisme dan konstelasi kebangsaan.
Ittiba’us Sunnah yang berada di Kabupaten Klaten termasuk salah satu kelompok salafy. Jamaah Salafy Ittiba’us Sunnah ini hadir pasca peristwa gempa tahun 2006 lalu di Klaten yang dalam sejarahnya merupakan wilayah “merah” di mana pada masa revolusi banyak wilayah menjadi basis bagi kelompok komunis dan abangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap gejala radikalisme dari gerakan Salafy Ittiba’us Sunnah dan pandangan jamaah salafi ittibaus sunnah tersebut dalam konstelasi kebangsaan.
Latar Belakang
Demokrasi bagi bangsa Indonesia laksana pisau bermata ganda. Di satu sisi ia memberi kebebasan dan kemerdekaan terhadap warga negara dalam mengungkapkan ekspresi hak dan kepentingannya. Di sisi lain, kebebasan dan kemedekaan tersebut dipergunakan dalam bentuk negatif, yakni perilaku radikalisme, termasuk di dalamnya pandangan dan sikap memicu kekerasan kelompok lainnya di masyarakat, maupun pandangan dan sikap yang bermuatan perlawanan terhadap negara.
Kebebasan berorganisasi berkelindan dengan kebebasan berkeyakinan dan beragama memberi peluang terhadap kelompok-kelompok keagamaan yang memiliki kecenderungan radikal dapat berlindung di bawah payung konsitusi. Mereka tetap dapat beraktivitas bahkan di ruang-ruang publik membangun ideologi radikalisme bahkan sikap permusuhan dengan sistem negara yang berlaku secara terang-terangan. Sementara negara tidak berdaya mencegah paham radikalisme tersebut tersemai.
Kelompok-kelompok keagamaan, khususnya dalam agama Islam di Indonesia cukup banyak dan menimbulkan polarisasi sosial di masyarakat akibat perbedaan-perbedaan pandangan dan sikap keberagamaannya. Perkembangan kelompok-kelompok keagamaan yang baru dengan mengusung paham keagamaan yang relatif baru bermunculan setelah pergantian rezim orde baru ke era reformasi. Kelompok-kelompok tersebut di antaranya telah mulai ada pada masa orde baru tetapi angin segar refomasi mendorong pertumbuhan yang subur kelompok-kelompok keagamaan tersebut. Kelompok-kelompok ini dengan cepat berkembang dan menguat, seiring pula dengan jejaring internasional yang mendukung gerakan keagamaan ini di Indonesia.
Salah satu kelompok keagamaan yang berjejaring dengan kelompok sejenis di luar negara ini adalah jamaah salafy. Kelompok salafy ini telah berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan mengusung paham keagamaan/keislaman yang bercorak revivalis dan mengacu pada paham keagamaan yang ada di Timur Tengah, yakni Arab Saudi dan Yaman. Sementara itu, beberapa kelompok keagamaan yang berorientasi ke Timur Tengah memiliki kecenderungan bercorak radikal. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan kajian terhadap kelompok salafy ini kaitannya dengan radikalisme dan konstelasi kebangsaan.
Ittiba’us Sunnah yang berada di Kabupaten Klaten termasuk salah satu kelompok salafy. Jamaah Salafy Ittiba’us Sunnah ini hadir pasca peristwa gempa tahun 2006 lalu di Klaten yang dalam sejarahnya merupakan wilayah “merah” di mana pada masa revolusi banyak wilayah menjadi basis bagi kelompok komunis dan abangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap gejala radikalisme dari gerakan Salafy Ittiba’us Sunnah dan pandangan jamaah salafi ittibaus sunnah tersebut dalam konstelasi kebangsaan.