PENGARUSUTAMAAN NARASI MODERAT LITERATUR KEISLAMAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI UMUM

Ketua Penelitian :

Kategori: Isu Aktual

Anggota: Agus Iswanto

Publisher: BLA-Semarang

Diunduh: 70x

Dilihat 660x

Editor: adminpusat

Abstrak:

Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Litbang Agama Semarang (Samidi, dkk., 2018) tentang literatur keagamaan mahasiswa perguruan tinggi umum di Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, menunjukkan bahwa pemahaman keagamaan mahasiswa di perguruan tinggi umum (PTU) cenderung tekstualis, kurang pemahaman terhadap konteks dan corak tafsir keagamaan. Meskipun demikian, literatur-literatur keislaman yang disenangi oleh mahasiswa adalah literatur yang dibalut dengan gaya yang populer dan sesuai selera anak muda. Ada tiga tipe atau model literatur yang dibaca atau diakses di kalangan mahasiswa. Ketiga model ini memiliki contoh atau wakil dari penulis yang banyak disebutkan oleh mahasiswa. Tipe pertama adalah literatur yang ditulis oleh kalangan yang memperjuangkan ideologi khilafah dengan gaya yang populer. Tipe kedua adalah adalah literatur yang ditulis oleh kalangan berideologi tarbiyah, dan tipe ketiga literatur yang ditulis tidak dari kedua golongan tersebut, tetapi lebih cenderung pada pandangan keagamaan moderat dengan gaya yang disukai anak muda. Namun demikian, dari ketiga tipe literatur tersebut, yang paling banyak dibaca dan diakses oleh
mahasiswa adalah tipe pertama (tipe khilafah), lalu tipe ketiga (tipe Islam populer), dan terakhir tipe kedua (tipe tarbiyah). Hal ini jelas menunjukkan bahwa ideologi khilafah, dengan berbagai gaya yang ditampilkan, gencar mengisi ruang kosong pengetahuan keagamaan Islam mahasiswa. Tipe literatur yang memperjuangkan ideologi khilafah ini sesungguhnya pada tingkat tertentu akan berhadapan dengan kebijakan negara dan pandangan mayoritas umat Islam yang moderat serta corak keberagamaan bangsa Indonesia. Pemerintah, dengan kebijakan-kebijakan yang ada, baik tentang pendidikan tinggi maupun pendidikan agama di perguruan
tinggi serta tentang persebaran literatur keagamaan masih bersifat parsial dan sektoral, belum dilakukan secara terpadu dan komprehensif. Perlu ada kebijakan pemerintah untuk pengarusutamaan literatur keagamaan yang memuat nilai-nilai wasathiyah (moderat), santun, toleran, dan damai sebagai penguatan rasa, pemikiran dan sikap keagamaan dan kebangsaan mahasiswa di perguruan tinggi umum (PTU) yang lintas sektoral, secara bersama-sama melalui Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Agama dan Kementerian Komunikasi dan Informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Litbang Agama Semarang (Samidi, dkk., 2018) tentang literatur keagamaan mahasiswa perguruan tinggi umum di Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, menunjukkan bahwa pemahaman keagamaan mahasiswa di perguruan tinggi umum (PTU) cenderung tekstualis, kurang pemahaman terhadap konteks dan corak tafsir keagamaan. Meskipun demikian, literatur-literatur keislaman yang disenangi oleh mahasiswa adalah literatur yang dibalut dengan gaya yang populer dan sesuai selera anak muda. Ada tiga tipe atau model literatur yang dibaca atau diakses di kalangan mahasiswa. Ketiga model ini memiliki contoh atau wakil dari penulis yang banyak disebutkan oleh mahasiswa. Tipe pertama adalah literatur yang ditulis oleh kalangan yang memperjuangkan ideologi khilafah dengan gaya yang populer. Tipe kedua adalah adalah literatur yang ditulis oleh kalangan berideologi tarbiyah, dan tipe ketiga literatur yang ditulis tidak dari kedua golongan tersebut, tetapi lebih cenderung pada pandangan keagamaan moderat dengan gaya yang disukai anak muda. Namun demikian, dari ketiga tipe literatur tersebut, yang paling banyak dibaca dan diakses oleh
mahasiswa adalah tipe pertama (tipe khilafah), lalu tipe ketiga (tipe Islam populer), dan terakhir tipe kedua (tipe tarbiyah). Hal ini jelas menunjukkan bahwa ideologi khilafah, dengan berbagai gaya yang ditampilkan, gencar mengisi ruang kosong pengetahuan keagamaan Islam mahasiswa. Tipe literatur yang memperjuangkan ideologi khilafah ini sesungguhnya pada tingkat tertentu akan berhadapan dengan kebijakan negara dan pandangan mayoritas umat Islam yang moderat serta corak keberagamaan bangsa Indonesia. Pemerintah, dengan kebijakan-kebijakan yang ada, baik tentang pendidikan tinggi maupun pendidikan agama di perguruan
tinggi serta tentang persebaran literatur keagamaan masih bersifat parsial dan sektoral, belum dilakukan secara terpadu dan komprehensif. Perlu ada kebijakan pemerintah untuk pengarusutamaan literatur keagamaan yang memuat nilai-nilai wasathiyah (moderat), santun, toleran, dan damai sebagai penguatan rasa, pemikiran dan sikap keagamaan dan kebangsaan mahasiswa di perguruan tinggi umum (PTU) yang lintas sektoral, secara bersama-sama melalui Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Agama dan Kementerian Komunikasi dan Informasi.

Lampiran Tidak Tersedia