Kategori: Bahan Kebijakan
Anggota: Setyo Boedi Oetomo
Publisher: BLA-Semarang
Diunduh: 30x
Dilihat 445x
Editor: blasemarang
Abstrak:
ABSTRAK
Pembangunan di bidang kehidupan keagamaan masyarakat akan berjalan dengan baik jika masyarakat dalam kondisi damai dan rukun. Kerukunan umat beragama dalam masyarakat yang sedang mengalami proses perkembangan akan banyak mengalami gesekan antar individu dan kelompok sehingga perlu dilakukan pembinaan yang terprogram dengan baik dan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat di mana mereka memiliki norma dan nilai yang menjadi basis pandangan hidup mereka sebagai kearifan lokal. Tulisan ini hasil penelitian di Desa Wonokerso Probolinggo yang berusaha mengungkap nilai-nilai kearifan komunitas Tengger Wonokerso untuk mendukung program pembinaan kerukunan umat beragama. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang untuk menginventarisasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Tengger Wonokerso dalam melakukan interaksi intern dan antar umat Hindu dan Islam. Kerukunan umat beragama masyarakat Tengger Wonokerso dilandasi oleh kemampuan mengendalikan diri yang bersumber pada konsep isin (malu) melakukan perbuatan buruk kepada sesama (social value) dan konsep walat yang merupakan nilai religius (religious value) yang menjadi identitas kelompok pada komunitas Tengger. Interkasi antar individu dan kelompok dilandasi oleh konsep gentenan (bergantian) dalam melakukan aktivitas kemasyarakatan, sehingga semua saling terikat oleh konsensus untuk tetap saling bekerja sama, saling membantu, dan saling mendukung antar individu dan kelompok lain. Masyarakat Tengger Wonokerso yang berubah dari komunitas homogen menjadi beragam keyakinan masih tetap memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal tersebut meskipun mereka telah memiliki identitas baru sebagai umat Hindu dan Islam, sehingga harmani di antara kedua kelompok tetap terjaga.
Kata kunci: Masyarakat Tengger, interaksi, kearifan lokal, kerukunan
ABSTRAK
Pembangunan di bidang kehidupan keagamaan masyarakat akan berjalan dengan baik jika masyarakat dalam kondisi damai dan rukun. Kerukunan umat beragama dalam masyarakat yang sedang mengalami proses perkembangan akan banyak mengalami gesekan antar individu dan kelompok sehingga perlu dilakukan pembinaan yang terprogram dengan baik dan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat di mana mereka memiliki norma dan nilai yang menjadi basis pandangan hidup mereka sebagai kearifan lokal. Tulisan ini hasil penelitian di Desa Wonokerso Probolinggo yang berusaha mengungkap nilai-nilai kearifan komunitas Tengger Wonokerso untuk mendukung program pembinaan kerukunan umat beragama. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang untuk menginventarisasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Tengger Wonokerso dalam melakukan interaksi intern dan antar umat Hindu dan Islam. Kerukunan umat beragama masyarakat Tengger Wonokerso dilandasi oleh kemampuan mengendalikan diri yang bersumber pada konsep isin (malu) melakukan perbuatan buruk kepada sesama (social value) dan konsep walat yang merupakan nilai religius (religious value) yang menjadi identitas kelompok pada komunitas Tengger. Interkasi antar individu dan kelompok dilandasi oleh konsep gentenan (bergantian) dalam melakukan aktivitas kemasyarakatan, sehingga semua saling terikat oleh konsensus untuk tetap saling bekerja sama, saling membantu, dan saling mendukung antar individu dan kelompok lain. Masyarakat Tengger Wonokerso yang berubah dari komunitas homogen menjadi beragam keyakinan masih tetap memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal tersebut meskipun mereka telah memiliki identitas baru sebagai umat Hindu dan Islam, sehingga harmani di antara kedua kelompok tetap terjaga.
Kata kunci: Masyarakat Tengger, interaksi, kearifan lokal, kerukunan