Penelitian Seni Budaya Keagamaan Nusantara menjadi program sangat menjanjikan dalam peta penelitian budaya di Nusantara. Fakta tersebarnya seni budaya keagamaan di Nusantara mengacu pula pada banyaknya etnis sukubangsa, agama dan kepercayaan, baik dalam bentuk gagasan, praktik keseharian masyarakat pemilik kebudayaan, terutama artefak tinggalan seni budayayang menjadi “penyumbang” sangat meyakinkan sekaligus merupakan bentuk proses konservasi natural seni budaya keagamaan. Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan litbang dan Diklat melakukan penelitian dengan objek studi ini dilaksanakan sejak tahun 2013. Penelitian seni budaya keagamaan hingga tahun kedua 2015telah menghasilkan 1250 entry seni budaya keagamaan dan akan dilaksanakan kembali pada tahun anggaran 2016 hingga mencapai batas maksimum entry seni budaya keagamaan di Nusantara. Target dari penelitian seni budaya keagamaan ini, yaitu memiliki data akurat serta dapat dipublikasikan dalam bentuk buku ensiklopedi seni budaya keagamaan Nusantara.
Data seni budaya keagamaan yang sudah disusun tersebut, kemudian diperbaiki penulisannya dan dilengkapi gambar serta narasi tentang seni budaya keagamaan terkait. Pada tahun 2017 sudah diperoleh draf seni budaya keagamaan dan sudah diedit dan diperbaiki berjumlah 700 entri yang terdiri dari 1200 halaman, serta siap untuk dicetak.
Penelitian ini, di samping memiliki target tersebut, dilatarbelakangi oleh suatu asumsi dan keniscayaan akan keberadaan seni budaya keagamaan di Nusantara yang makin hari makin menyusut. Kekhawatiran ini, bukan tanpa alasan, karena pada realitasnya proses modernisasi dan globalisasi budaya yang tanpa mengindahkan lagi batas-batas geografi dan kultural,karena perkembangan teknologi informasi dan transportasi, telah berperan serta dalam proses penyusutan tersebut. Oleh karenanya, beberapa hal ke bawah ini dirasa perlu diungkapkan, kenapa penelitian seni budaya keagamaan harus dilakukan, berikut:
Pertama, terdapatnya realitas seni budaya keagamaan Nusantara yang sangat banyak dan beragam sebagai potensi menjanjikan bagi pembangunan masyarakat. Realitas tersebut, tersebar dari Sabang sampai Merouke yang sebagian kecil masih dipelihara oleh masyarakat sebagai pemilik kebudayaan tersebut. Realitas tersebut jenis dan bentuknya sangat beragam sehingga nampak menjadi suatu kekayaan khazanah kebudayaan Nusantara. Kedua, terdapatnya indikator menyusutnya ragam dan jenis seni budaya keagamaan tersebut, sehingga patut dilakukan upaya-upaya pelestrariannya. Pelestarian seni budaya yang selama ini berjalan, seperti dilakukan oleh masyarakat pemilik budaya nampak lemah karena kuatnya semburan budaya-budaya non Nusantara, sehingga perlu dilakukan upaya penguatan terhadap upaya pelestarian tersebut. Ketiga, masih lemahnya upaya penguatan terhadap pelestarian buadaya yang selama ini dilakukan oleh intansi terkait, seperti Dinas Budaya dan Pariwisata maupun yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peran-serta Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan pada kenyataannya sangat diharapkan dalam upaya ikut-serta melestarikan khazanah seni budaya Nusantara khususnya seni budaya keagamaan.
Keempat, pelestarian seni budaya keagamaan berperan dalam menangkal setiap jengkal budaya-budaya luar Nusantara yang masuk tanpa batas dan filter, sehingga dapat merusak sistem sosial-budaya yang selama ini dilestarikan oleh masyarakat. Dalambahasa yang lebih lunak, bahwa upaya pelestarian seni budaya keagamaan berperan dalam upaya mengimbangi prose akulturasi secara alami guna menghindari perubahan revolusioner yang dapat menggangu stabilitas psiko-sosial budaya masyarakat. Pelestarian seni budaya dapat berperan menjaga kelangsungan dinamika perubahan budaya dan menghindari proses cultural jumping yang tidak diharapkan.
Berpijak pada kerangkan pikir tersebut, penelitian seni budaya keagamaan Nusantara memiliki nilai strategis, estetis, bisnis bahkan politis dalam upaya penyadaran masyarakat secara utuh terhadap pentingnya aspek budaya dalam pembangunan kehidupan berbangsa. Mengawali projek mulia ini masih menghadapi berbagai tantangan dan kendala, seperti kendala administratif, lemahnya sumber daya peneliti, terutama peneliti ‘dalam’ bidang seni budaya, tidak dimilikinya infra struktur fisik dan kurangnya political will dari pemangku kebijakan secara kontinu.
Kebutuhan terhadap sarana infra struktur fisik untuk pemeliharaan seni budaya keagamaan memang tidak terlalu mendesak, setidak-tidaknya untuk tahun ini. Namun, menyiapkan perangkat keras sebagai tempat bagi koleksi seni budaya keagamaan akan lebih efektif berbarengan dengan prose perencanaan dengan target memiliki koleksi seni budaya keagamaan yang terjamin pemeliharaannya. Proses konservasi seni budaya keagamaan di Indonesia belum ada yang bisa dijadikan sebagai model, sehingga diperlukan studi komparatif bagaimana proses pemeliharaan yang dilakukan oleh negera-negara yang selama ini memiliki concern terhadap pemeliharaan seni budaya keagamaan, seperti Mesir dan Tiongkok. Bahkan untuk kasus Mesir misalnya, intensifikasi terhadap upaya konservasi seni budaya keagamaan telah menjadi salah satu penyumbang utama PDB negari Piramid tersebut.
Konsentrasi awal yang dilakukan Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi terhadap penelitian dan pengembangan seni budaya keagamaan Nusantara pada akhirnya akan disumbangkan secara utuh dan penuh kepada masyarakat dan bangsa Indonesia.
...