Sejarah Kesultanan Nusantara

Ketua Penelitian :

Kategori: Isu Aktual

Anggota:

Publisher: PuslitbangLKK

Diunduh: 37x

Dilihat 347x

Editor: puslitbanglkk

Abstrak:

...

Lampiran Tidak Tersedia

Sejarah Kesultanan Nusantara

Penulisan sejarah Kesultanan Nusantara sebagai bagian dari penulisan sejarah Nasional memiliki nilai strategis, politis dan akademis. Secara strategis, Nusantara memiliki dan menyimpan tinggalan sejarah sosial dan budaya dalam wujud kerajaan atau kesultanan. Kesultanan tersebut ada hampir di setiap wilayah Nusantara. Penulisan Sejarah Kesultanan merupakan salah satu strategi menyadarkan masyarakat Indonesia terhadap peninggalan budaya yang telah membesarkannya. Fakta-fakta historis, arkeologis dan sosial seperti pada wujud tinggalan kesultanan di lokasi-lokasi tertentu di Nusantara yang telah melahirkan kerajaan atau kesultanan lokal merupakan indikator faktual yang sulit dibantah.

            Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Balitbang dan Diklat Kementerian Agama melaksanakan kegiatan penelitian tersebut sejak tahun 2009. Tercatat hingga tahun 2015 sudah mengoleksi hasil penelitian Kesultanan 22 Kesultanan. Fokus penulisan sejarah kesultanan dibagi pada 3 wilayah/kesultanan:  Balok-Bangka Belitung, Balanipa Mandar, dan Ternate; tahun 2010 pada 3 wilayah/kesultanan: Melayu Jambi, Melayu Deli, dan Sambas; tahun 2011 pada 4 wilayah/kesultanan: Banggai, Riau Lingga, Paksi Skalabrak Lampung, dan Hitu Ambon; tahun 2012 pada 5 wilayah/kesultanan: Inderapura, Serdang, Cirebon, Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Sumbawa; tahun 2013 pada 3 wilayah/kesultanan: Bone, Peurlak Aceh, Paser Kalimantan Timur; dan pada 2015 ini fokus pada 4 wilayah/kesultanan: Sumenep Madura, Sintang Kalbar, Bima NTB, dan Kotawaringin Kalteng.

Tahun 2014 tidak dilaksanakan karena kegiatan ini dihapus sehubungan adanya pengurangan anggaran DIPA. Tahun 2016 dilakukan kembali penelitian kesultanan, meliputi; Kesultanan Dharmasraya, Kerajaan Sukapura, dan Kesultanan Mataram. Pada tahun 2017 dilakukan kembali penelitian sejarah, yaitu Islamisasi di Bolaang Mongondow era Kesultanan Ternate dan Islamisasi di Jawa Bagian Selatan Tenggara era Kesultanan Mataram. Secara keseluruhan ada 27 kesultanan yang sudah ditulis oleh Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi. Sebagian besar hasil penelitian tersebut sudah diterbitkan dan dipublikasikan dalam bentuk buku. Usaha penelitian dan pengembangan aspek sejarah Kesultanan Nusantara ini masih akan terus dilanjutkan hingga mencapai target tersebarnya informasi dan publikasi peninggalan sejarah bagi masyarakat secara luas.

Betapapun pentingnya penulisan sejarah Kesultanan di Nusantara, diperlukan argumen, kenapa Sejarah Kesultanan ini ditulis, berikut: pertama, terjadinya perubahan sangat cepat pada awal abad ke-20 ini, sejak kemerdekaan hingga reformasi Indonesia. Perubahan tersebut, mengacu pada sejarah ternyata tidak terjadi begitu saja. Masyarakat Indonesia telah memiliki sejarah panjang dalam melakukan perubahan sosial maupun politik. Penulisan sejarah kesultanan dan atau sejarah Nasional dapat menyadarkan pada masyarakat luas akan kebenaran perubahan yang terjadi secara kontinu dan bukan semata-mata pengaruh external.

Kedua, adanya gejala deapresiasi masyarakat Indonesia terhadap tinggalan budaya yang telah membesarkannya. Gejala deapresiasi terhadap khazanah budaya Nusantara tersebut, mengarah pada proses “penghilangan” tinggalan-tinggalan bersejarah. Gagasan dan kerja penulisan sejarah kesultanan merupakan bahagian penting dalam proses konservasi dan couterattack terhadap gejala penghilangan tersebut, baik secara evolusi maupun secara revolusi.

Ketiga, upaya merevisi terhadap penulisan-penulisan sejarah yang belum mengalami perubahan, baik pada aspek metodologi, isi materi maupun prioritas penyajian yang masih dianggap tidak mengindahkan aspek-aspek level sasaran pembaca sejarah. Stressing akademik ini, sudah saatnya dilakukan dalam proses penulisan sejarah yang lebih menyeluruh, komprehensip dengan mengindahkan informasi sejarah lokal yang sangat dekat dengan masyarakat.  

Proses rekonstruksi penulisan sejarah kesultanan maupun sejarah Nasional sedang mendapat momentumnya untuk segera dilaksanakan. Penulisan-penulisan sejarah Nasional, atau dalam kertas kerja ini lebih menggunakan istilah sejarah kesultanan, nampak seperti dalam buku-buku sejarah, masih bersifat umum dan sedikit informasi tentang sejarah lokal. Di samping itu, orientasi pembaca masih pada kalangan pelajar dan perguruan tinggi yang juga masih didapati beberapa kelemahan, seperti materi sejarah tidak sesuai dengan level pembaca sejarah dan minimnya ilustrasi.

Berpijak pada telaah tersebut di atas, maka ke bawah ini beberapa gagasan dapat diajukan sebagai upaya kea rah perbaikan penulisan sejarah, khususnya sejarah kesultanan, berikut:

  1. Penyajian materi sejarah lebih diorientasikan pada sasaran pembaca sejarah menyesuaikan dengan tingkat pendidikan dan level sosial masyarakat. Penyajian tulisan sejarah untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs misalnya, harus dibedakan dengan penyajian penulisan sejarah untuk sasaran pembaca sejarah SMA/MA dan perguruan tinggi. Strategi penyajian ini, bukan saja mengikuti ukuran kemampuan pembaca, namun juga dapat mempercepat pemahaman serta menghindari generalisasi objek pembaca.
  2. Pada proses penyajian penulisan sejarah dibutuhkan ilustrasi berupa gambar dan poto sebagai penjelas teks, khususnya untuk level masyarakat kelas bawah. Penyajian serupa juga dilakukan untuk sasaran pembaca sejarah level SD/MI dan SMP/MTs dalam lembar lebih cukup. Ilustrasi gambar dan poto dalam penulisan sejarah untuk level pembaca ini juga dapat memperkuat penjelasan dalam teks plus memperkuat ingatan para pembaca.
  3. Penyajian materi sejarah mestinya menyertakan informasi sejarah lokal, seperti sejarah kesultanan yang ada pada masing-masing lokasi atau daerah. Penyajian informasi sejarah lokal ini dapat mengingatkan kepada pembaca sejarah terhadap sejarah paling dekat dengan dirinya. Bahan materi sejarah untuk sejarah kesultanan, sebagai informasi, sebagaian sudah tersedia di Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagaman Balitbang-Diklat Kementerian Agama.

 

...

Lampiran Tidak Tersedia

Lampiran Tidak Tersedia