KONSTRUKSI SANTRI BERCADAR DALAM PERSPEKTIF MAQASHID SYARIAH DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFIIYAH SUKOREJO SITUBONDO

Ketua Penelitian :

Kategori: Isu Aktual

Anggota:

Publisher: PuslitbangPAK

Diunduh: 66x

Dilihat 651x

Editor: SekretariatBLD

Abstrak:

Bercadar adalah langkah kelanjutan jilbab, dalam studi tafsir Islam sendiri dalil-dalil yang
mengatur mengenai wajib atau tidaknya penggunaan cadar masih diperdebatkan. Namun,
penggunaan cadar membawa konsekuensi penolakan lebih besar dari jilbab. Padahal, sekarang
ini telah marah  santri menggunakan cadar di lingkungan pesantern NU. Fokus penelitian ini
adalah kontruksi santri bercadar dan stigma radikalisme di pondok Sukorejo Situbondo dengan
pendekatan sosiologi dan maqashid syari’ah. Adapun datanya adalah kualitatif dengan teknik
penegumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan dukomentasi. Temuan penelitan ini bahwa 
konstruksi sosial  santri  bercadar  adalah proses internalisasi dari proses sosialisasi dengan dua
dimensi. Pertama, proses sosialisasi otoriter pengasuh  pesantren yang berwibawa. Kedua,
proses sosialisasi ekualitas dari pengaruh teman sebaya. Dalam konteks ini, santri bercadar
tidak tepengaruh pemahaman Islam radikal dengan dua aspek, yaitu   santri digembleng
pemahaman  moderat dan  tidak ada  akses medsos dengan kelompok radikal. Kemudian, makna
simbolik santri  bercadar  sebagai resistensi terhadap  kelompok Islam radikal yang mengklain
bahwa cadar hanya identitas mereka.  Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua wanita yang
bercadar  adalah radikal. Sebab selama ini di balik  cadar  ada pertarungan ideologi dan identitas
dari kelompok Islam radikal.  Melalui analisis  maqashid, jika  cadar dianggap sebagai identitas
kelompok radikal, maka ini  bertentangan dengan maqashid syari’ah (hifdh ad-din),  tetapi jika
dianggap sebagai fishon dan trend, maka termasuk kategori tahsiniyah.
Bercadar adalah langkah kelanjutan jilbab, dalam studi tafsir Islam sendiri dalil-dalil yang
mengatur mengenai wajib atau tidaknya penggunaan cadar masih diperdebatkan. Namun,
penggunaan cadar membawa konsekuensi penolakan lebih besar dari jilbab. Padahal, sekarang
ini telah marah  santri menggunakan cadar di lingkungan pesantern NU. Fokus penelitian ini
adalah kontruksi santri bercadar dan stigma radikalisme di pondok Sukorejo Situbondo dengan
pendekatan sosiologi dan maqashid syari’ah. Adapun datanya adalah kualitatif dengan teknik
penegumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan dukomentasi. Temuan penelitan ini bahwa 
konstruksi sosial  santri  bercadar  adalah proses internalisasi dari proses sosialisasi dengan dua
dimensi. Pertama, proses sosialisasi otoriter pengasuh  pesantren yang berwibawa. Kedua,
proses sosialisasi ekualitas dari pengaruh teman sebaya. Dalam konteks ini, santri bercadar
tidak tepengaruh pemahaman Islam radikal dengan dua aspek, yaitu   santri digembleng
pemahaman  moderat dan  tidak ada  akses medsos dengan kelompok radikal. Kemudian, makna
simbolik santri  bercadar  sebagai resistensi terhadap  kelompok Islam radikal yang mengklain
bahwa cadar hanya identitas mereka.  Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua wanita yang
bercadar  adalah radikal. Sebab selama ini di balik  cadar  ada pertarungan ideologi dan identitas
dari kelompok Islam radikal.  Melalui analisis  maqashid, jika  cadar dianggap sebagai identitas
kelompok radikal, maka ini  bertentangan dengan maqashid syari’ah (hifdh ad-din),  tetapi jika
dianggap sebagai fishon dan trend, maka termasuk kategori tahsiniyah.

Lampiran Tidak Tersedia