SOCIAL CAPITAL PENDIDIKAN DALAM KELUARGA TIDAK MAMPU DI TANAH BANJAR (STUDI TENTANG SOCIAL CAPITAL KELUARGA SISWA BERPRESTASI PADA MI DAN MTS DI KALIMANTAN SELATAN)

Ketua Penelitian :

Kategori: Isu Aktual

Anggota:

Publisher: PuslitbangPAK

Diunduh: 64x

Dilihat 460x

Editor: SekretariatBLD

Abstrak:

Siswa dari keluarga tidak mampu cenderung tidak berhasil dalam proses
pendidikan mereka. Kegagalan tersebut disebabkan rendahnya input modal dalam
keluarga mereka : social capital, human capital, serta financial capital.  Oleh karena
itulah, anak-anak  keluarga tidak mampu mayoritas akan mengalami kesulitan dalam
proses pendidikan.  Mereka memiliki kemampuan akademik yang rendah, bahkan tidak
mustahil mereka gagal untuk menyelesaikan pendidikan sampai jenjang SMA/MA. 
Selain beban  ekonomi,  rendahnya dukungan emosional orang tua  juga memberikan
andil dalam kegagalan pendidikan anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Hal itu kemudian diperparah dengan rendahnya dukungan kebijakan
madrasah/sekolah terhadap siswa dari keluarga tidak mampu. Madrasah/sekolah lebih
memperhatikan siswa yang berprestasi dari keluarga tidak mampu daripada siswa yang
lemah secara akademik dari keluarga tidak mampu. Di sisi lain, Pemerintah
memandang keluarga tidak mampu  hanya memerlukan bantuan finansial melalui
berbagai beasiswa yang disalurkan melalui madrasah/sekolah dan mengabaikan modal
keluarga lain. Rendahnya perhatian terhadap social capital tersebut turut punya andil 
memunculkan kesenjangan tingkat pendidikan (human capital) antara keluarga mampu
dengan keluarga tidak mampu.  Tanpa social capital yang besar, bantuan modal
finansial hanya akan mendukung pendidikan keluarga tidak mampu sampai tingkat
SMA/MA. 
Oleh karena itulah, kami merekomendasikan  kebijakan pemerintah  untuk
mengembangkan social capital dalam keluarga tidak mampu melalui madrasah. 
Pengembangan tersebut mengutamakan peran guru dalam kegiatan informal dengan
keluarga tidak mampu. Di sisi lain, dari kegiatan itulah guru dapat memberikan
rekomendasi bantuan finansial dalam bentuk beasiswa kepada siswa dari keluarga tidak
mampu, meskipun mereka tidak memiliki prestasi akademik di kelas mereka.
Siswa dari keluarga tidak mampu cenderung tidak berhasil dalam proses
pendidikan mereka. Kegagalan tersebut disebabkan rendahnya input modal dalam
keluarga mereka : social capital, human capital, serta financial capital.  Oleh karena
itulah, anak-anak  keluarga tidak mampu mayoritas akan mengalami kesulitan dalam
proses pendidikan.  Mereka memiliki kemampuan akademik yang rendah, bahkan tidak
mustahil mereka gagal untuk menyelesaikan pendidikan sampai jenjang SMA/MA. 
Selain beban  ekonomi,  rendahnya dukungan emosional orang tua  juga memberikan
andil dalam kegagalan pendidikan anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Hal itu kemudian diperparah dengan rendahnya dukungan kebijakan
madrasah/sekolah terhadap siswa dari keluarga tidak mampu. Madrasah/sekolah lebih
memperhatikan siswa yang berprestasi dari keluarga tidak mampu daripada siswa yang
lemah secara akademik dari keluarga tidak mampu. Di sisi lain, Pemerintah
memandang keluarga tidak mampu  hanya memerlukan bantuan finansial melalui
berbagai beasiswa yang disalurkan melalui madrasah/sekolah dan mengabaikan modal
keluarga lain. Rendahnya perhatian terhadap social capital tersebut turut punya andil 
memunculkan kesenjangan tingkat pendidikan (human capital) antara keluarga mampu
dengan keluarga tidak mampu.  Tanpa social capital yang besar, bantuan modal
finansial hanya akan mendukung pendidikan keluarga tidak mampu sampai tingkat
SMA/MA. 
Oleh karena itulah, kami merekomendasikan  kebijakan pemerintah  untuk
mengembangkan social capital dalam keluarga tidak mampu melalui madrasah. 
Pengembangan tersebut mengutamakan peran guru dalam kegiatan informal dengan
keluarga tidak mampu. Di sisi lain, dari kegiatan itulah guru dapat memberikan
rekomendasi bantuan finansial dalam bentuk beasiswa kepada siswa dari keluarga tidak
mampu, meskipun mereka tidak memiliki prestasi akademik di kelas mereka.

Lampiran Tidak Tersedia